A. Faktor Pendorong Kreatif
Kreativitas agar dapat terwujud diperlukan dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a. Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan
potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorongan
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu
membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi
dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon 1982)
b. Kondisi eksternal yang mendorong
perilaku kreatif
Kreativitas memang tidak dapat
dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan kondisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri potensinya.
Bagaimana cara menciptakan lingkungan
eksternal yang dapat memupuk dorongan dalam diri anak (internal) untuk
mengembangkan kreativitasnya?
Menurut pengalaman Carl Rogers dalam
psikoterapi adalah dengan menciptakan kondisi
keamanan dan kebebasan psikologis.
1. Keamanan psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses yang saling
berhubungan:
a. Menerima individu sebagaimana adanya dengan
segala kelabihan dan keterbatasannya.
b. Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada
/ tidak mengandung efek mengancam. Evaluasi selalu mengandung efek mengancam
yang menimbulkan kebutuhan akan pertahanan ego.
c. Memberikan pengertian secara empatis
Dapat menghayati perasaan-perasaan anak, pemikiran-pemikirannya, dapat
melihat dari sudut pandang anak dan dapat menenrimanya, dapat memberikan rasa
aman.
2. Kebebasan psikologis
Apabila guru
mengizinkan atau memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan secara
simbolis (melalui sajak atau gambar) pikiran atau perasaannya. Ini berarti
mmebrei kebebasan dalam berfikir atau merasa apa yang ada dalam dirinya.B. Teori Teori Proses Kreatif
1. Teori Wallas
Wallas dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi 4 tahap
a. Tahap Persiapan, mempersiapkan diri
untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan
data atau informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang lain.
b. Tahap Inkubasi, pada tahap ini
pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan
diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara
sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
c. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap
timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat
timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
d. Tahap Verifikasi,
tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan
pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran
kritis).
2. Teori Belahan Otak Kiri dan Kanan
Sejak anak lahir, gerakannya belum berdifensiasi, selanjutnya baru berkembang menjadi pola dengan kecenderungan kiri atau kanan. Otak kanan, otak yang berfungsi untuk berfikir holistic, special, metaforik dan bisa dibilang dominan ke EQ (emotional quotient) seperti, hayalan, emosi, music, warna dll. Daya ingatnya bersifat panjang dan menguasai belahan kiri badan. Contohnya yaitu orang kidal. Sedangkan otak kiri, adalah otak yang berfungsi untuk berfikir secara rasional, analitis, linier, berurutan,saintifik,serta belajar menghitung,membaca, bahasa bisa dibilang pengendali IQ. Daya ingatnya bersifat pendek dan menguasai belahan kanan badan. Contohnya: bersalaman kepada orang menggunakan tangan kanan.
Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan. Pada umunya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (dominasi belahan otak kiri), tetapi ada sebagian orang kidal (dominan otak kanan). Terdapat “dichotomia” yang membagi fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori ini walaupun didukung data empiris, namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut (Dacey, 1989 : Piirto 1992).
DIKOTOMI FUNGSI MENTAL
Belahan Otak Kiri
|
Belahan Otak Kanan
|
Intelek
|
Intuisi
|
Konvergen
|
Divergen
|
Intelektual
|
Emosional
|
Rasional
|
Metaforik, intuitif
|
Verbal
|
Non Verbal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Konkret
|
Abstrak
|
Realistis
|
Impulsif
|
Diarahkan
|
Bebas
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
Sekuensial
|
Multipel
|
Historikal
|
Tanpa Batas Waktu
|
Analitis
|
Sintesis, Holitik
|
Eksplisit
|
Implisit
|
Objektif
|
Subjektif
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber : Springer, S.P dan Deutsch, 1981
C. Belajar Kreatif
1.Pengertian
Sebelum kita
mengetahui apa itu belajar kreatif,maka terlebih dahulu kita harus tahu apa itu
yang dinamakan dengan belajar dan kreatif,dibawah ini akan dijelaskan sebagai
berikut:
Belajar merupakan sebuah proses dimana terjadinya penerimaan
(input) berupa ide, gagasan dari
lingkugan atau pengalaman kemudian diaplikasikan (output) dan digunakan sebagai
pedoman atau pengangan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan Kreatif merupakan kemampuan berpikir seseorang untuk
menciptakan sesuatu yang baru (dapat berbentuk benda, ide, karya, seni, karya ilmiah
dan yang lain-lainnya
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Belajar Kreatif merupakan
proses dimana seseorang menciptakan hal-hal baru baik berupa ide atau karya dari
pengalaman, lingkungan atau proses belajar.
2.Liputan Proses Belajar Kreatif
1.Proses pengenalan & pemahaman
Hal utama yang
harus digunakan dalam proses ini adalah dengan mengetahui terlebih dahulu latar
belakang individu dan memahami perilakunya agar dapat terjadinya relasi atau
hubungan yang erat antara individu dan fasilitator.
2. Pengajaran sesuai dengan minat individu
Fasilitator harus
memberikan pengajaran sesuai dengan minat individu,agar individu dapat bebas
dalam mengembangkan kreativitasnya.
3. Fasilitator sebagai motivator
Untuk lebih banyak
mengembangkan proses belajar kreativitas pada individu, maka fasilitator harus membuat
pembelajaran yang menenangkan dan pemahaman dalam memotivasi individu untuk proses belajar kreativitasnya.
4.Orientasi dengan lingkungan luar
Individu harus
lebih dibiarkan untuk bersosialisasi dan berorientasi dengan lingkungan luar, agar lebih banyak mendapatkan pengetahuan, pengalaman, serta ide-ide baru untuk
mengembangkan kreativitasnya.
3.Mengapa Belajar Kreatif itu Penting?
1. Belajar kreatif dapat
meningkatkan kemampuan atau bakat yang ada dalam diri individu
2. Belajar kreatif dapat
memberikan hasil yang bisa memberikan keuntungan bagi individu seperti
keuangan, pengalaman dan lain-lain
3. Belajar kreatif dapat
menimbulkan sifat kritis dan pemahaman yang lebih dalam proses peningkatan
kreativitasnya
4. Belajar Kreatif dapat memberi
kepuasan dan kesenangan bagi individu
Kesimpulan
Seseorang
dapat dikatakan kreatif bila mana mempunyai dorongan atau motivasi yang berasal
dari dalam dirinya sendiri dimana individu tersebut menginisiasikan proses data
atau informasi yang telah didapat untuk membentuk suatu perilaku kreatif. Proses
tersebut dapat berlangsung dalam proses belajar baik yang didapat dari
pengalaman individu maupun lingkungan seperti lingkungan pendidikan atau
sekolah dan lingkungan sosial (masyarakat). Oleh karena itu mereka yang
mengalami proses belajar kreatif mempunyai faktor pendorong baik dari dalam
maupun dari luar dirinya sendiri. Faktor yang mendorong kesenangan intrinsik
seperti kenikmatan, kepuasan, dan tantangan secara langsung berhubungan dengan
belahan otak kanan, dimana semua hal tersebut merupakan bagian dari emosional. Sedangkan faktor
eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah
lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran
kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan
kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu
memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki
anggota masyarakat. Dimana dalam lingkungan budaya juga mempunyai norma atau
adat istiadat tertentu yang sifatnya diarahkan secara turun-temurun, hal ini
berhubungan langsung dengan belahan otak kiri
SUMBER:
Basuki, Heru. (2005). Kreativitas, keberbakatan, intelektual, dan faktor-faktor pendukung dalam pengembangannya. Jakarta: Gunadarma.
tri_maryani.staff.gunadarma.ac.id
SUMBER:
Basuki, Heru. (2005). Kreativitas, keberbakatan, intelektual, dan faktor-faktor pendukung dalam pengembangannya. Jakarta: Gunadarma.
tri_maryani.staff.gunadarma.ac.id
Komentar
Posting Komentar