Nama :
Anak Agung Kartika Sari
NPM :
10514983
Kelas :
3PA14
Tugas Ke 3 Psikologi
Manajemen
A.
Controlling Fungsi
Manajemen
1.
Pengertian dari Controlling Fungsi Manajemen
Pengawasan merupakan fungsi manajerial keempat
setelah perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi
manajemen, mekanisme pengawasan (controlling)
di dalam suatu organisasi mutlak diperlukan. Pelaksaaan suatu rencana tanpa
diiringi suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan
mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang
telah ditentukan.
Berikut ini pengertian Controlling fungsi manajemen dari beberpa ahli, yaitu:
a.
Istilah
pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling,
Dale mengatakan bahwa: “... the modern
concept of control ... provides a historical record of what has happened ...
and provides datethe enable ... the executive... to take corrective steps ...” Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak hanya
melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi
juga memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan
apa yang direncanakan.
b.
Admosudirdjo
mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan (controlling)
adalah keseluruhan daripada kegiatan yanag membandingkan atau mengukur apa yang
sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar, atau
rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
c.
Menurut G. R.
Terry pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana.
d.
Disamping itu
Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig mengatakan bahwa pengawasan adalah
tahap proses manajerial mengenai pemeliharaan kegiatan organisasi dalam
batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan.
e.
Kemudian menurut
T. Hani Handoko pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin”
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
Dengan demikian pengawasan (controlling) secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu
organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien serta mendukung
terwujudnya visi dan misi organisasi.
2.
Langkah-Langkah Controlling Fungsi Manajemen
Ada beberapa langkah atau tahapan dalam proses
pengawasan (controlling), yaitu:
a.
Tahap Penetapan
Standar
Tujuannya
adalah sebagai sasaran, kuota dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan
sebagai patokan dalam pengambilan keputusan.
b.
Tahap Penentuan
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan
sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat.
c.
Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan
untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga
digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
d.
Tahap
Pengambilan Tindakan Korektif
Bila
diketahui dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan, dimana perlu adanya perbaikan
dalam pelaksanaan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai rencana.
3.
Tipe-Tipe Controlling
Secara konsep pengawasan memiliki banyak tipe.
Menurut Hani Handoko ada tiga tipe pengawasan, yaitu:
a.
Pengawasan
Pendahuluan (Feedforward Control,
Steering controls)
Pengawasan
pendahuluan atau sering disebut steering
controls, dirancang dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan, mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum kegiatan terselesaikan.
b.
Pengawasan Concurrent
Tipe
pengawasan ini merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur
harus disetujui dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dahulu sebelum
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
c.
Pengawasan Umpan
Balik
Dikenal
sebagai past action controls,
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan, guna mengukur
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai yang telah ditentukan.
4.
Buatlah Strategi
Controlling untuk Sebuah Organisasi
Merchant, seorang pakar management control system, menawarkan tiga strategi agar sistem
pengendalian dapat bekerja dengan baik, yaitu melalui
a.
Pengendalian hasil
(result control)
Sistem pengendalian
yang memusatkan perhatian pada hasil dari suatu kegiatan. Logikanya jika kita
ingin tujuan organisasi tercapai. Tujuan tersebut kita terjemahkan lagi menjadi
target-target tertentu. Target bisa bermacam-macam, misalnya suatu perusahaan
kosmetik menetapkan bahwa dalam satu bulan target penjualannya adalah 100 juta
rupiah. Kemudian target perusahaan tersebut dirinci lagi pada tiap-tiap tenaga
penjualan yang ada. Misalnya dalam perusahaan kosmetik tersebut terdapat lima
orang tenaga penjualan (sales person).
Jadi masing-masing sales person ditargetkan
untuk dapat melakukan penjulan sebesar 20 juta rupiah. Tenaga penjual yang
mencapai target akan mendapatkan reward sedangkan
yang tidak mencapai target akan mendapatkan punishment.
Namun bukan hanya hasil penjualan saja sebagai result, hasil bagi bagian produksi per hari atau jumlah produk yang
tanpa cacat atau bisa juga biaya produksi per unit.
b.
Pengendalian aksi
(action control)
Strategi controlling yang kedua adalah
pengendalian aksi. Pengendalian aksi adalah sistem pengendalian yang lebih
menekankan pada cara-cara orang ataupun elemen organisasi dalam menjalankan
tugas yang harus dikerjakannya. Disini terjadi apa yang disebut sebagai action accountability, yaitu orang atau
bagian organisasi harus mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Prinsip yang
digunakan adalah “pay for good action”,
yaitu kita memberikan isentif kepada orang-orang yang melakukan pekerjaan
dengan baik dan benar (good action)dan
memberikan hukuman bagi yang tidak melakukan pekerjaan dengan baik dan benar (poor action).
c.
Pengendalian
orang (people control)
Merupakan pengendalian
yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan dua tipe kontrol sebelumnya. People control digunakan untuk membangun
kesadaran bagi tiap individu untuk berusaha mengendalikan diri sendiri. Dapat dilakukang
dengan selecting and placement, training,
job design and provison of necessary resources.
B.
Kekuasaan dan
Pengaruh
1.
Pengertian
Kekuasaan
Power atau kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain
melakukan apa yang diinginkan seseorang untuk mereka lakukan (Gibson,
Ivancevich, Donnelly dan Konopaske, 2012). Kekuasaan merupakan kekuatan positif
untuk mencapai efektivitas organisasi tingkat tinggi.
Robbins dan Judge (2012) mengatakan bahwa kekuasaan
adalah menujukkan kepada kapasitas bahwa A harus memengaruhi perilaku B
sehingga B bertindak menurut harapan A. Seseorang dapat mempunyai kekuasaan,
tetapi apabila tidak menggunakannya, maka menjadi kapasitas atau potensi. Aspek
paling penting dalam kekuasaan adalah fungsi ketergantungan (dependency). Semakin besar B tergantung
pada A , maka semakin besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Konsep kekuasaan sangat penting untuk memahami
bagaimana orang mampu saling memengaruhi dalam organisasi (Mitzberg, 1983;
Pfeffer 1992). Kekuasaan melibatkan kapasitas satu pihak (agen) untuk
memegaruhi pihak lain (target).
Menurut MrSchane dan Von Glinov (2010) menyatakan
bahwa kekuasaan sebagai kapasitas seseorang, tim atau organisasi untuk memengaruhi
orang lain. Kekuasaan juga diberi pengertian sebagai kemampuan membujuk orang
lain untuk melakukan sesuatu yang ingin kita lakukan atau kemampuan membuat
segala sesuatu terjadi atau membuat segala sesuatu dilakukan dengan cara yang
kita inginkan (Schermehorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien, 2011).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa power atau kekuasaan pada hakikatnya
adalah kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk membujuk,
memengaruhi dan membuat orang lain tergantung padanya dan bersedia melakukan
apayang diinginkan.
2.
Sumber-Sumber
Kekuasaan
Menurut Robbins dan Judge (2011) dasar atau sumber
kekuasaan dikelompokan dalam kategori formal power dan personal power. Formal power
didasarkan pada posisi individu dalam organisasi yang dapat berasal dari
kemampuan memaksa (coerce) atau
menghargai atau dari kewenangan formal. Sedangkan personal power bersumber pada karakteristik unik individu yang
berupa keahlian (expertise).
Sedangkan menurut Schermehorn, Hunt, Osborn, dan
Uhl-Bien (2011) menunjukkan sumber kekuasaan lebih luas. Yang dikelompokkan ke
dalam position power dan personal power. Position power mencakup legitimate
power, reward power, coercive power, process power, information power dan representative power. Sedangkan dalam personal power meliputi expert power, rational persuation, referent
power dan coalition power.
Di samping itu Gibson, Ivancevich, Donnelly dan
Konopaske (2012) mengelompokkan kekuasaan dalam interpersonal power mencakup legitimate
power, reward power, coercive, expert dan referent power. Sedangkan kelompok lainnya adalah structural dan situational power yang meliputi resource, decision-making power dan information power. Di samping itu ada interdepartemental power yang meliputi coping with uncertainty, centrality dan subsitutality.
Keseluruhan tipe, jenis, dasar atau sumber kekuasaan
tersebut di atas dapat dijelaskan seperti di bawah ini:
a.
Coercive Power
Dasar
kekuasaan yang memaksa, tergantung pada ketakutan atau hasil negatif dari
kegagalan untuk mematuhi. Manajer dapat menolak reward yang diharapkan atau mengadministrasikan hukuman untuk
mengontrol orang lain.
b.
Reward Power
Kepatuhan
dicapai berdasar pada kemampuan mendistribusikan reward yang dipandang berharga oleh orang lain.
c.
Legitimate Power
Kekuasaan
yang diterima orang sebagai hasil dari posisinya dalam hierarki formal suatu
organisasi. Disebut pula sebagai kewenangan formal dimana manjer dapat
menggunakan hak komando utnuk mengontrol orang lain.
d.
Process Power
Merupakan
kekuasaan untuk mengontrol atas metode produksi dan analisis. Kekuasaan disini
menempatkan individu dalam posisi memengaruhi bagaiman masukan ditranformasi
menjadi keluaran untuk organisasi.
e.
Information Power
Merupakan
akses informasi atau pengawasan terhadap informasi. Information power merupakan komplemen hierarki legitimate power. Kekuasaan atas informasi membantu spesialis atau
manajer yang berada di tengah sistem informasi organisasi.
f.
Representative Power
Merupakan
hak formal yang diberikan pada individu oleh organisasi yang memungkinkan
mereka berbicara sebagai perwakilan kelompok, terdiri dari individu dari lintas
departemen atau di luar organisasi.
g.
Expert Power
Merupakan
pengaruh yang didasarkan pada keterampilan atau pengetahuan khusus. Merupakan
kemampuan mengontrol perilaku orang lain karena posisi pengetahuan, pengalaman
atau pertimbangan yang tidak dipunyai orang lain, tetapi memerlukan.
h.
Referent Power
Pengaruh
yang didasarkan pada identifikasi dengan orang yang mempunyai sumber daya yang
diharapkan atau sifat personal. Merupakan kemampuan perilaku orang lain karena
harapan individu untuk menyesuaikan diri dengan sumber kekuasaan.
i.
Rational Persuation
Kemampuan
mengontrol orang lain karena, melalui usaha individu, orang menerima harapan tujuan
yang ditawarkan dan cara yang berasal untuk mencapainya.
j.
Coalition Power
Merupakan
kemampuan mengontrol perilaku orang lain secara tidak langsung karena individu
berhutang kewajiban kepada kita atau orang lain sebagai bagian kepentingan
kolektif yang lebih besar.
k.
Resources Power
Kekuasaan
terjadi ketika orang mempunyai saluran terbuka pada sumber daya misalnya uang,
pekerja, teknologi, bahan dan pelanggan. Dalam organisasi, sumber daya penting
dialokasikan ke bawah sepanjang garis organisasi. Manajer tingkat atas
mempunyai lebih besar kekuasaan mengalokasikan sumber daya daripada manajer di
bawahnya dalam hierarki manajemen.
l.
Decision-making Power
Merupakan
kekuasaan dimana individu atau sub unit dapat memengaruhi pengambilan keputusan
dengan mempertimbangkan tingkat kekuasaan mereka.
m.
Coping with Uncertainty
Kejadian
yang tidak dapat diantisipasi dapat menimbulkan masalah bagi organisasi atau
sub-unit. Karena itu sub-unit yang paling dapat mengatasi ketidakpastian
terutama yang memerlukan kekuasaan.
n.
Centrality Power
Sub-unit
paling snetral pada aliran pekerjaan dalam organisasi biasanya mendapatkan
kekuasaan. Ukuran centrality adalah
tingkatan dimana pekerjaan sub-unit memberikan kontribusi pada hasil akhir
organisasi. Suatu sub-unit dalam posisi memegaruhi sub-unit lain yang mempunyai
posisi sentral, karenanya juga kekuasaan.
o.
Substitutability Power
Menunjukkan
kemampuan sub-unit lain dapat mengerjakan pekerjaan atau tugas suatu sub-unit. Apabila
organisasi dapat menyediakan alternatif sumber keterampilan, informasi dan
sumber daya untuk melakukan pekerjaan oleh sub-unit, kekuasaan sub-unit diturunkan
atau menjadi berkurang.
p.
Socialized Power
Socialized Power diarahkan
pada membantu orang lain dan dinilai sebagai rencana yang menunjukkan adanya
manfaat campuran dan kepedulian pada orang lain.
q.
Personalized Power
Personalized Power
diarahkan pada membantu diri sendiri, di mana ekspresi kekuasaan untuk
kepentingan perluasan personal menjadi terpenting.
3.
Pengertian
Pengaruh
Influence atau pengaruh adalah penggunaan perilaku aktual yang
menyebabkan perubahan perilaku atau sikap orang lain. Terdapat dua aspek
penting pengaruh, yaitu pertama pengaruh dapat dilihat sebagai direksional
artinya dapat bersifat downwar (manajer
memengaruhi pekerja), bisa juga bersifat upward
(pekerja memengaruhi manajer) dan kedua pengaruh bersifat relatif.
Kekuasaan absolut “influencer” dan “influence” tidak sepenting disparitas di antara mereka (Colquitt, LePine, Weason, 2011). Kekuasaan adalah hanya kapasitas memengaruhi orang lain menunjukkan potensi mengubah sikap dan perilaku seseorang sedangkan pengaruh adalah setiap perilaku yang berusaha mengubah skap atau perilaku seseorang (McShane & Von Glinov, 2010).
Kekuasaan absolut “influencer” dan “influence” tidak sepenting disparitas di antara mereka (Colquitt, LePine, Weason, 2011). Kekuasaan adalah hanya kapasitas memengaruhi orang lain menunjukkan potensi mengubah sikap dan perilaku seseorang sedangkan pengaruh adalah setiap perilaku yang berusaha mengubah skap atau perilaku seseorang (McShane & Von Glinov, 2010).
Dengan demikian dapat dijelaskan pada dasarnya
pengaruh adalah penggunaan perilaku aktual yang menyebabkan perubahan sikap
atau perilaku seseorang, kelompok atau organisasi.
4.
Pengaruh Taktik
Dalam Organisasi
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain. Selain menggunakan kekuasaan, ada berbagai cara yang dapat digunakan oleh
orang yang berada dalam organisasi untuk mempengaruhi orang lain. Taktik-taktik
mempengaruhi (Influence Tactics)
adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi
orang lain, baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau bawahannya.
Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi
orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Kipnis dan
Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa
digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982).
Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah
satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire (Yukl,
Lepsinger, & Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada
sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hughes et all,
2009), yaitu:
a.
Persuasi
Rasional (rational persuasion), terjadi
jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang logis dan
bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
b.
Daya-tarik
Inspirasional (inspirational appeals),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu
permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang
lain. Misalnya dengan memberikan penjelasan yang menarik tentang nilai-nilai
yang diinginkan, kebutuhan, harapan, dan aspirasinya.
c.
Konsultasi (consultation), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan
target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana atau perubahan yang
akan dilaksanakan.
d.
Mengucapkan
kata-kata manis (ingratiation),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata
yang membahagiakan, memberikan pujian, atau sikap bersahabat dalam memohon
sesuatu.
e.
Daya-tarik
Pribadi (personal appeals), terjadi
jika seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu
karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
f.
Pertukaran (exchange), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada
orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu
permintaan tertentu.
g.
Koalisi (coalitions), terjadi jika seseorang
meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk atau sebagai alasan
agar orang yang dijadikan target setuju.
h.
Tekanan (pressure), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan
yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
i.
Mengesahkan (legitimacy), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau
dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau
aturan organisasi. Dalam kenyataan, biasanya orang menggunakan beberapa taktik
secara sekaligus. Misalnya seseorang menggunakan Ingratiation dikombinasikan
dengan rational persuasion dan exchange atau personal.
5.
Contoh Kasus
Kekuasaan dan Pengaruh Pada Sebuah Organisasi dan Berikan Saran
a.
Contoh Kasus
Kekuasaan
Hakim Agung Ahmad Yamani diberhentikan secara tidak
hormat karena terbukti melakukan pemalsuan berkas putusan gembong narkoba
Hengky Gunawan
JAKARTA — Majelis Kehormatan Hakim Mahkamah
Agung di Jakarta, Selasa (11/12) memberhentikan Hakim Agung Ahmad Yamani secara
tidak hormat, karena terbukti melakukan pemalsuan berkas putusan pengajuan
kembali (PK) terpidana kasus narkoba Hengky Gunawan.
“[Majelis Hakim] memutuskan menolak pembelaan diri
hakim terlapor dan menjatuhkan sanksi terhadap hakim terlapor dengan sanksi
berat berupa pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatan Hakim Agung,” ujar
Ketua Majelis Kehormatan Hakim Paulus E. Lotulung saat membacakan putusan.
Saran :
Seharusnya yang bersangkutan dapat mempertanggungjawabkan
setiap tugas dan wewenang yang sudah diembannya, yang bersangkutan semestinya
menjadi contoh pemimpin yang dapat mencerdaskan bangsa, yang dapat menjadi
contoh suri tauladan yang baik sebagai pemimpin dalam memustuskan setiap
perkara di peradilan. Hal tersebut sudah menjadi kewajiban sebagai hakim agung dalam
menegakkan proses peradilan di lembaga penegakan hukum di Indonesia. Seorang
hakim harus dapat memberikan proses penegakan hukum secara adil, jujur dan
tidak berpihak. Jika seorang hakim terbukti melakukan pemalsuan berkas putusan
terpidana kasus narkoba, hal ini merupakan kesalahan besar dan fatal terlebih
lagi menyangkut kasus-kasus berat yang merugikan bahkan merusak masa depan
bangsa dan negara.
Contoh Kasus Pengaruh Pada Sebuah Organisasi
SBY Dinilai Ingin
Kaderisasi Agus Harimurti ke Dunia Politik
JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator
Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang,
mengatakan, keputusan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) mengusung anaknya, Agus
Harimurti Yudhoyono, menjadi bakal calon Gubernur DKI merupakan
batu loncatan untuk Agus masuk ke dunia politik. Sebastian, dalam sebuah
diskusi di Jakarta, Minggu (25/9/2016), menjelaskan, SBY tampaknya ingin
menjadikan Agus sebagai tokoh penting di Demokrat.
Menurut dia, apa yang dilakukan SBY terhadap Agus merupakan kaderisasi Partai Demokrat agar
nantinya orang tidak asing jika Agus ditunjuk sebagai petinggi Demokrat.
Pencalonan pada Pilkada DKI 2017, kata Sebastian, merupakan saat yang tepat
untuk memperkenalkan Agus di dunia politik.
Agus selama ini
merupakan anggota militer berpangkat mayor dan tak pernah terlihat dalam dunia
politik. "Ini (Pilkada DKI) pintu keluar yang paling pas bagi Pak SBY
untuk mendorong anaknya masuk ke gelanggang politik. Menang atau tidak, itu
bukan tujuan utama. Kalaupun tidak (menang), SBY ingin menunjukan kalau Agus
sudah masuk ke dalam gelanggang politik," kata Sebastian. Agus yang
dipasangkan dengan Sylviana
Murni dinilai sebagai duet yang menarik. Sebelumnya, Sylviana
merupakan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI yang memiliki
segudang pengalaman di dalam pemerintahan.
"Jadi tinggal
bagaimana mesin partai memberikan pengaruhnya kepada warga DKI, serta Agus-Sylviana meyakinkan
publik yang ekspektasinya sangat besar ini," kata Sebastian. Koalisi
pendukung Agus-Sylviana diisi Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Saran :
Disinilah jelas terlihat peranan SBY dalam
memberikan pengaruh terhadap pencalonan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon gubernur
DKI Jakarta. Hal ini menurut saya sangat disayangkan, bahkan banyak masyarakat
yang beropini bahwa karir Agus cukup cemerlang di bidang kemiliteran. Tidak menutup
kemungkinan memang, seorang Agus Harimurti dapat merambah dunia politik, justru
hal ini dipandang sebagai hal yang tidak biasa, karena partai pengungsungnya
pun berasal dari partai dimana ayahnya yang menjadi ketua umum yakni Partai
Demokrat. Saran saya meski Agus mendapat pengaruh dari SBY, saya harapkan
kepada yang bersangkutan untuk bersikap tegas, mampu mempertanggungjawabkan
keputusan yang telah diambil dan harus bersikap bersih tanpa adanya pengaruh
oknum-oknum politik yang dapat mencampuri urusan keputusannya sebagai calon
gubernur DKI Jakarta.
Daftar
Pustaka:
Fahmi,
I. (2012). MANAJEMEN Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta cv.
Feriyanto,
A., & Triana, E.S. (2015). Pengantar MANAJEMEN (3 IN 1). Yogyakarta: MEDIATERA.
Mariyanti,
M.M. (2011). “Kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang Lain dalam Organisasi”.
Jurnal Administrasi Bisnis. 7 (1), 45-58.
Pratapa,
A. (2009). The Art of Controlling People: Strategi Mengendalikan Perusahaan. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Wibowo.
(2016). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yukl,
G. (2015). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks.
Komentar
Posting Komentar