1) Penyesuaian
Diri & Pertumbuhan
a. Penyesuaian
Diri
1)
Definisi
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana
individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan
lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak
pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya dimana tidak ada
lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi
organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang
sempurna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat dan manusia terus-menerus berupaya
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapaipribadi yang
sehat.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment
atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian
diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada
pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya
juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan
personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah
dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan
pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi
berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
2)
Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri
memiliki dua aspek, yakni penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk
lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
A.
Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk
menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya
sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai
dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai
dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab,
dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya
gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut
dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
B.
Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam
masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain
silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah
laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka
patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal
dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya
sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai
informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang
individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi
dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial
yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan
cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan
sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan
individu dengan kelompok.
Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses
pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan
dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial
dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego),
yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan
kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh
masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh
masyarakat.
3)
Penyesuaian Diri
yang Positif
Ada beberapa penyesuaian diri yang positif menurut
Supriyono (2008), diantaranya yaitu :
A.
Mampu memerima dan
memahami diri baik kelebihan dan kekurangan.
B.
Mampu menerima dan
menilai kenyataan diluar dirinya secara objektif.
C.
Mampu bertindak
sesuai dengan potensi.
D.
Memiliki perasaan
aman yang memadai.
E.
Rasa hormat dan
mampu bertindak toleran kepada sesama.
F.
Bersikap terbuka
dan sanggup menerima umpan balik.
G.
Memiliki
kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi.
H.
Mampu bertindak
sesuai norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
b. Pertumbuhan
Personal
1)
Definisi
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
2)
Aspek-aspek
yang Memfasilitasi Pertumbuhan Personal
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang
memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan, yaitu sebagai berikut
:
A. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri,
atau menyadari kenyataan.
B. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali,
dan
C. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau
berempati terhadap orang lain.
3)
Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Personal
Ada 3 faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan personal, yaitu :
A.
Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh yang
berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
B.
Faktor Geografis
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
C.
Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak
kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah
komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan
pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
2) Stress
a. Arti
Penting stress
1) Definisi
Stress
Kata “stress” bisa diartikan berbeda-beda
bagi setiap individu. Sebagaian individu mendefinisikan stres sebagai tekanan,
desakan atau respon emosional. Para psikolog juga mendefinisikan stres dalam
berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi juga bisa fatal. Semuanya
tergantung kepada para penderita.
Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan stres
psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang
dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui
kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Stres juga bisa berarti
ketegangan, tekanna batin, dan konflik yang berarti.
Menurut Robert S. Fieldman (1989), stres
adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu
pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif atau negatif. Sesuatu yang didefinisikan
sebagai peristiwa yang menekan atau tidak, bergantung pada respon yang
diberikan oleh individu.
Menurut Hans Selye (2001) stres adalah respon
tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila
seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada suatu atau lebih organ
tubuhnya sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjelaskan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distress. Pada gejala stres, gejala
yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik, tetapi dapa
pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai
konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan
eustres.
Selain itu stres adalah suatu tuntutan yang
mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri. Sedangkan stresor
adalah suatu sumber stres.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan yang membebani atau membahayakan
kesejahteraan penderita, yang dapat meliputi fisik, sosial, atau kombinasinya.
Arti
penting stres, respon tubuh
yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
b. Tipe-tipe
Stres Psikologis
Menurut
Maramis (1990) ada 4 tipe stres psikologis, yaitu :
1)
Tekanan
Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran
dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung kepada sumber
tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental adalah
sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang menyebabkan
ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan menyebabkan
individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan ketika di
tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau melalui hubungan
sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong kepada satu-satu
tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia
boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu kesehatan anda.
2)
Frustasi
Adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang
terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3)
Konflik
Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
4)
Kecemasan
Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli
dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.
c. Symptom-Reducing
Response terhadap Stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya
waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi
kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme
pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang biasa digunakan
individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress :
1)
Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan
meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2)
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
3)
Overcompensation/
reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4)
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan
menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5)
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6)
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria,
lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7)
Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk
ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8)
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9)
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10)
Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
11)
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12)
Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13)
Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
14)
Sikap mengkritik
orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk
mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena adanya stressor, individu
dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi
stress “minor”.
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam
mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh
dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi
koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor
tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan
menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”, individu dapat
melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu memerlukan
banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor” merupakan stres yang
tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang merasakannya. Misalnya
seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot, telat datang ke kantor,
dan lain sebagainya.
Biasanya jika tingkat stres yang dirasakan individu
cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak
mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik pengaruhnya bagi
kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk
mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh
mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini
menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau
umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk
digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur
istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur
dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk
mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam
untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan
kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan
lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap
hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang
dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa
lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam
menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
d. Pendekatan
“problem solving” terhadap Stress
Salah satu cara dalam
menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback,
tekniknya
adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar
untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif
karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti
yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara
spiritual (mengarah pada Tuhan).
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress, menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan
penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau
coping terdiri dari dua bentuk, yaitu : Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah istilah Lazurus untuk strategi
kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Coping yang berfokus pada
emosi (problem
focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk
strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi
stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
Strategi Penanganan stress dengan mendekat dan menghindar , Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress
dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi
penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung. Strategi
menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
Daftar
Pustaka
Ali, M.
& Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. PT
Bumi Aksara : Jakarta
Fatimah, N.
(2006). Psikologi perkembangan. Pusaka Setia : Bandung
Fausiah, fitri. (2007). Psikologi abnormal. UI press : Jakarta
Halgin, R.(2010). Psikologi abnormal. Salemba
Humanika : Jakarta
Kartini & Kartono (2003) .kamus psikologi. Pionir Jaya
: Bandung.
Munandar.(2001). Psikologi industry dan organisasi. Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta
Munandar.(2001). Psikologi industry dan organisasi. Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta
Nevid,
S.(2002). Psikologi abnormal. Erlangga : jakarta
Samiun, Y.
(2006). Kesehatan Mental 1.
Kanisius : Yogyakarta
Siswanto. (2007). Kesehatan mental; konsep, cakupan, dan
perkembangannya. C.V Andi Offset : Yogyakarta
Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Supriyo.
(2008). Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Nieuw Setapak :
Semarang
Semarang
Komentar
Posting Komentar